I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang
merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk
kepentingan kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga
mikroorganisme yang tidak menguntungkan kita yaitu dengan menyebabkan
terjadinya penyakit pada tubuh manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat
menyebabkan atau menginfeksi manusia adalam Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
ini dapat mengakibatkan penyakit tuberculosis pada manusia. Tuberculosis merupakan
salah satu penyakit yang mematikan dan berbahaya di dunia.
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu
berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal
yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa
mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium
bovis, Mycobacterium leprae, Mycobacterium avium, Nocandia meningitidis,
dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri
patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan bersifat tahan asam
sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi
melalui jalan pernafasan (Syahrurachman, 1994).
Bakteri ini ada 41 spesies yang telah diakui oleh ICSB (International
Committee on Systematic Bacteriology) yang sebagaian besar sudah saprofit dan
sebagaian kecil lainnya patogen untuk manusia diantaranya Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leparae dan lain-lainnya
yang dapat menyebabkan infeksi kronik. Golongan saprofit dikenal juga dengan
nama atipik (Syahrurachman, 1994).
Bakteri ini membutuhkan bahan tambahan makanan seperti darah egg yolk,
serum dan sel yang tebal yang terdiri dari asam lemak mivolet untuk
pertumbuhannya. Mycobacterium tuberculose merupakan bakteri gram positif (+),
batang sedikit bengkok, panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul,
pertumbuhan sangat lambat 2 - 8 minggu, suhu optimal 37 - 38oC. Mycobacterium tahan
terhadap asam dan alkali dibanding dengan kuman lain sehingga apabila bahan
spesimen mengandung kuman lain dapat dibunuh dengan mudah sehingga spesimen
menjadi lebih murni (Staff pengajar FKUI, 1994).
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan
pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA)
karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat.
Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi
dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat
bakteri TBC berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan
seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke
saluran pernafasan (Pelczar dan Chan, 1988).
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson,
Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau
ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3
jenis sputum:
a. Sputum
pagi
: sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun pagi.
b. Spot
sputum
: sputum yang dikeluarkan pada saat itu.
c. Collection
sputum : sputum yang keluar dan ditampung selama
24 jam.
Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es selama satu
minggu. Mycobacterium tuberculose terdapat pada manusia yang
mengidap penyakit TBC dan penularannya terjadi melalui jalan pernafasan, tetapi
spesies Mycobacterium bovis biasanya terdapat pada lembu dan dapat ditemukan
pula pada manusia di usus (Syahrurachman, 1994).
Percobaan tentang transmisi penyakit TBC pertama kali dilakukan oleh
Klencke pada tahun 1843. Klencke memproduksi TBC di dalam tubuh kelinci dengan
inokulasi jaringan TBC secara intravena. Infeksi oleh kuman TBC juga dibuktikan
oleh Villemin pada tahun 1865 dengan cara memproduksi penyakit ini pada kelinci
dengan inokulasi jaringan TBC tipe human dan bovine. Dia yang pertama kali
mendemonstrasikan perbedaan resistensi kelinci terhadap organisme tipe human
dan bovine. Villemin menyimpulkan bahwa TBC adalah penyakit spesifik, TBC
disebabkan oleh agen inocilable, penyakit ini dapat menular dari manusia ke
kelinci, TBC adalah penyakit yang mematikan. Robert Koch merupakan penemu Mycobacterium
tuberculosis pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya
bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA)
(Pelczar dan Chan, 1986).
Tuberkulosis (TBC) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang menyerang paru dan juga memberikan efek terhadap susunan saraf pusat,
sistem limfatik, sistem sirkulasi, sistem urogenital, tulang, tulang sendi, dan
kulit. Penyakit ini diketahui dapat menyerang semua bangsa burung, mamalia,
primata, termasuk manusia. Selain Mycobacterium tuberculosis (tipe
human), dikenal juga spesies Mycobacterium bovis, dan Mycobacterium
avium. Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium jarang
terjadi pada orangutan. Hanya terdapat sekitar 10% laporan kasus TBC pada
primata yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis. TBC tipe Human yang
paling banyak ditemukan pada primata dan manusia (Sari 2004).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah
untuk mengetahui teknik pewarnaan bakteri tahan asam dan melihat tingkat
infeksi dari sputum yang diuji.
II. MATERI DAN METODE
A.
Materi
Alat
yang digunakan dalam praktikum bakteri
tahan asam adalah pipet
tetes, mikroskop, objek glass, jarum ose, pembakar spirtus, dan pinset.
Bahan yang digunakan dalam praktikum bakteri tahan asam adalah
sputum (dahak), alkohol asam 3 %, karbol fuchsin, akuades dan methylen blue.
B.
Metode
Pastikan
keadaan steril dengan disemprotkan alkohol pada sekitar meja kerja dan
tangan praktikaan, jangan lupa dipakai APDnya.
|
Sputum diambil dengan jarum ose yang
telah dibakar kemudian diulaskan pada object glass.
|
Jarum ose
dibakar sampai memijar
|
Jarum ose disemprot alkohol, dibakar
sampa berpijar dan disimpan kembali.
|
Ulasan pada object glass difiksasi
dengan menggunakan pinset, dipanaskan di atas pembakar spirtus, jangan
sampai mendidih
|
Ulasan tersebut ditetesi dengan karbol fuchsin
selama 5 menit, kemudian dipanaskan di atas pembakar spirtus, dicuci kering
anginkan.
|
Ulasan ditetesi dengan alkohol asam
3 %, kemudian dicuci kering
anginkan
|
Hasil
|
Ulasan
diamati di bawah mikroskop
|
Ulasan ditetesi dengan methylen blue
selama 20 sampai 30 detik, kemudian
dicuci kering anginkan
|
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar
|
Pengamatan
|
Gambar 1. sputum (kontrol)
|
Sampel yang
dijadikan kontrol dan dinyatakan positif sebagai bakteri tahan asam. Hal ini
dikarenakan ditemukan keberadaan bakteri tahan asam sekitar 1 unit selama 1
lapang pandang.
|
Gambar 2. sputum (sampel)
|
Sampel dari
hasil dari percobaan yang kami lakukan, dinyatakan negatif karena tidak
ditemukan keberadaan bakteri tahan asam pada sampel yang kami ambil bahkan
hingga 100 lapang pandang.
|
B.
PEMBAHASAN
Bakteri
tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai
karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang
terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai
60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium
bovis, Mycobacterium leprae, Mycobacterium, avium, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium
tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit
tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan
asam (BTA). Penularan Mycobacterium
tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan (Syahrurachman, 1994).
Mycrobacteria
adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun
tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan warna
(deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam.
Ciri –ciri khas Mycobacterium tuberculosis dalam jaringan, basil tuberkel
merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada perbenihan
buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria tidak dapat diklasifikasikan
sebagai gram positif atau gram negatif. Sekali diwarnai dengan zat warna basa,
warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meski dibubuhi dengan
iodium. Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya
95 % etil alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida (asam alkohol) dengan
cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali Mycobacteria. Sifat tahan
asam ini bergantung pada integritas struktur selubung berlilin. Pada dahak atau
irisan jaringan, Mycobacteria dapat diperlihatkan karena memberi fluoresensi
kuning jingga setelah diwarnai dengan zat warna fluorokrom (misalnya auramin,
rodamin) (Staf Pengajar FKUI, 1994).
Mycobacterium
tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak
bengkok dengan ukuran 0,2 - 0,4 x 1 - 4 um. Pewarnaan Ziehl-Neelsen
dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan asam. Kuman ini tumbuh lambat,
koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan kadang-kadang setelah 6-8 rninggu.
Suhu optimum 37°C, tidak tumbuh pada suhu 25°C atau lebih dari 40°C. Medium
padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen. PH optimum 6,4- 7,0. Mycobacterium tidak
tahan panas, akan mati pada 6°C selama 15-20 menit. Biakan dapat mati jika
terkena sinar matahari langsung selama 2 jam. Dalam dahak dapat bertahan 20-30
jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8 – 10 hari.
Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan
dalam lemari
dengan suhu 20oC selama 2 tahun. Myko bakteri tahan terhadap berbagai
khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5% asam sulfat 15%, asam sitrat
3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinetur dalam 5 menit, dengan
alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10 menit (Lay,
1994).
Mycobacterium
tuberculosis menyebabkan tuberculosis dan merupakan
patogen yang berbahaya bagi manusia. Mycobacterium
leprae menyebabkan lepra. Mycobacterium
avium-intracellulare (kompleks M. avian) dan mikobakteria apitik lain yang
sering menginfeksi pasien AIDS, adalah patogen ortunistik pada orang-orang
dengan fungsi imun yang terganggu lainnya, dan kadang-kadang menyebabkan
penyakit pada pasien dengan sistem imun yang normal (Syahrurachman, 1994)
Mycobacterium
tuberculosis dan sering digunakan dalam
"Screening TBC ". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji
tuberkulin adalah lebih dari 90%. Uji tuberkulin dibaca setelah 48-72 jam (saat
ini dianjurkan 72 jam) setelah penyuntikan. Indurasi diperiksa dengan cara
palpasi untuk menentukan tepi indurasi, ditandai dengan alat tulis, kemudian
diukur dengan alat pengukur transparan, diameter transversal indurasi yang
terjadi dan dinyatakan hasilnya dalam milimeter (Sechlegel, 1994)
Untuk
waktu yang lama diasumsikan bahwa infeksi
tuberkulosis
(TB) melindungi
infeksi berikutnya. Bahkan, vaksinasi terhadap penyakit menular didasarkan pada
prinsip ini. Namun, pada tahun 1976 sudah ada indikasi anekdotal bahwa pasien
TB bisa terinfeksi kembali dengan strain tuberkulosis lain Mycobacterium dan bahwa infeksi dengan beberapa strain ada.
Menggunakan phage, Bates et al. menemukan jenis fag berbeda M. tuberculosis di host tunggal.
Terjadinya infeksi dengan beberapa M.
tuberculosis strain yang dikonfirmasi dengan menggunakan teknik sidik jari
DNA, pertama pada pergantian abad pada pasien yang dipilih oleh Yeh et al. dan
Braden dkk. dan kemudian baru-baru ini dalam yang lebih besar masuk dalam
populasi pasien. Pengenalan molekul teknik yang ditawarkan kemungkinan baru
untuk mempelajari sejarah alam infeksi TB lebih luas. PCR penargetan tertentu
dominan M. tuberculosis keluarga
genotipe dikembangkan, dan dengan menerapkan metode ini untuk bahan klinis,
Warren et al. menemukan bahwa tingkat terjadinya "infeksi campuran,"
yaitu, infeksi dengan beberapa strain tuberkulosis M., sebesar 19% dari pasien
yang diperiksa di Afrika Selatan
(Huyen, Mai, dkk, 2012)
Pada
tahun 1898, Harvard patologi Theobald Smith menunjukkan bahwa basil tuberkulum
terisolasi dari manusia berbeda secara signifikan dari basil diisolasi dari
ternak dalam kapasitas mereka untuk menyebabkan penyakit pada spesies binatang
yang berbeda . Akhirnya, dua basil diberi status spesies terpisah, dengan M. tuberculosis menunjuk patogen manusia
yang khas, dan Mycobacterium bovis
mengacu pada bentuk sapi. Karena M. bovis
memiliki kapasitas untuk menyebabkan penyakit pada berbagai spesies hewan,
termasuk manusia, itu awalnya dianggap menunjukkan kisaran inang yang lebih
luas daripada M. tuberculosis. Namun,
analisis genomik komparatif baru-baru ini telah mengungkapkan seperti tingkat
tinggi keragaman genetik di M. bovis
bahwa genetika populasi modern saat ini mempertimbangkan spesies yang akan
terdiri dari beberapa ekotipe, masing-masing yang disesuaikan dengan spesies
tertentu host hewan. Beberapa ekotipe ini telah diberikan sebutan spesies yang
berbeda. Sebagai contoh, Mycobacterium
microti adalah patogen voles, Mycobacterium pinnipedii patogen dari
anjing laut dan singa laut, dan Mycobacterium
caprae patogen kambing
(Hershberg, et.,al, 2008).
Macam-macam pewarnaan bakteri tahan asam terdiri dari
3 jenis pewarnaan, yaitu pewarnaan Tan Thiam Hok, pewarnaan Ziehl Neelsen dan
pewarnaan Fluorokrom, penjelasannya yaitu sebagai berikut.
a.
Pewarnaan Tan Thiam
Hok.
Larutan Kinyoun
(fuchsin basis 4g, fenol 8ml, alkohol 95% 20ml, H2O destilata(100ml)
dituang pada permukaan sediaan, dibiarkan selama 3 menit, kemudian kelebihan
zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Selanjutnya
larutan Gabbet (methylene blue 1g, H2SO4 96% 20ml,
alkohol absolut 30ml, H2O destilata 50ml) dituang pada permukaan
sediaan, dibiarkan 1 menit kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci
dengan air yang mengalir perlahan, kemudian sediaan dikeringkan di udara 3.
b.
Pewarnaan Ziehl
Neelsen.
Larutan carbol fuchsin
0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala
api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit.
Sediaan kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci
dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol)
dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air
mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue
0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan
dibuang dan dicuci dengan air mengalir 4.
c.
Pewarnaan Fluorokrom
(Auramine O).
Sediaan direndam
didalam larutan Auramine (Merck), dibiarkan selama 15 menit kemudian dicuci
dengan air bebas klorin atau H2O destilata dan dikeringkan. Sediaan
lalu direndam didalam asam alkohol, dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H2O
destilata dan dikeringkan. Setelah itu sediaan direndam didalam potassium
permanganat 0,5%, dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H2O
destilata dan dikeringkan di udara 4. Pembacaan hasil. Sediaan dilihat dibawah
mikroskop dengan pembesaran 1000x dengan meneteskan minyak emersi tanpa
menyentuh sediaan untuk mencegah transfer BTA antar sediaan.
(Karuniawati.,
dkk, 2005, vol.9)
Pelaporan jumlah BTA
sesuai dengan skala IUATLD (International Union Againts Tuberculosis and Lung
Diseases). Pembacaan dibawah
Mikroskop Pelaporan hasil:
a. Tidak
ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang à Negatif
b. 1
– 9 BTA dalam 100 lapangan pandang à Positif dan
ditulis jumlah BTA yang ditemukan
c. 10
– 99 BTA dalam 100 lapangan pandang à Positif 1
d. 1
– 10 BTA dalam 1 lapangan pandang
à Positif 2
e. 10
BTA dalam 1 lapangan pandang à
Positif 3
Catatan:
Hasil pembacaan preparat dengan pewarnaan fluorokrom dikonversi dengan membagi
jumlah bakteri yang terlihat dengan 4.
(Karuniawati.,
dkk, 2005, vol.9)
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum ini
menggunakan prosedur pewarnaan dengan menggunakan metode pewarnaan diferensial,
prosedur pewarnaan ini yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau
bagian-bagian sel mikroba. Dengan teknik ini biasanya digunakan lebih dari satu
larutan zat pewarna atau reagen pewarna.
Salah satunya dengan menggunakan cara teknik pewarnaan BTA dengan
persiapan meliputi ulasan warna dengan karbol fuchsin, dipusatkan dan diberi
warna tandingan metilen blue. Hal
tersebut dilakukan guna memisahkan bakteri tahan asam yang tetap mempertahankan
warna aslinya apabila dikenai larutan asam (Mycobacterium)
dari bakteri tak tahan asam yang pudar warnanya dikarenakan oleh larutan asam
(Pelczar dan Chan, 1986).
Dalam pewarnaan Ziehl Nelson digunakan beberapa jenis reagen diantaranya
ialah:
a. Karbol Fuchsin berfungsi untuk mewarnai dinding selnya.
b. Alkohol asam 3% berfungsi untuk melunturkan dinding sel
yang tebal.
c. Methylen Blue berfungsi untuk mewarnai bagian background
Sedangkan fiksasi dalam percobaan ini dilakukan untuk
membuka pori-pori sel.
Mycobacterium tidak dapat diwarnai dengan cara Gram, tetapi jika
berhasil maka hasilnya adalah Gram positif.
Perlakuannya dengan cara pemanasan, pencucian dengan menggunakan air
mengalir, pemberian zat warna dan pemberian alkohol. Tujuan pencucian dengan menggunakan alkohol
adalah supaya warna merah yang tersisa setelah ditetesi karbol fuchsin
hilang. Sedangkan perlakuan pencucian
dengan menggunakan air mengalir bertujuan untuk menutup kembali lemaknya. Pemberian zat warna seperti karbol fuchsin
dan metilen blue bertujuan untuk mematikan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Zat warna yang dapat membunuh Mycobacterium
tuberculosis adalah Malachite green. Hasil preparat menunjukan sel berwarna merah dengan background biru, hal
ini disebabkan karena karbol fuchsin
bersifat asam sehingga dapat diserap oleh dinding sel bakteri tersebut.
Sedangkan metilen biru bersifat basa sehingga tidak dapat diserap oleh dinding
sel bakteri (Pelczar dan Chan, 1986).
Larutan kimia yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah asam alkohol, karbol fuchsin serta metilen blue yang masing-masing
mempunyai fungsi antara lain asam alkohol digunakan sebagai peluntur, karbol
fuchsin mempunyai fungsi membuka lapisan fuchsin agar menjadi lunak sehingga
cat dapat menembus masuk ke dalam sel bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Metilen blue berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian metilen blue
pada bakteri akan tetap berwarna merah dengan latar belakang biru atau hijau
(Jutono, dkk., 1980).
Mycobacterium lain yang ada yakni sebagai berikut:
1.
Mycobacterium leprae
M.
leprae adalah basil tahan-asam dari famili
mikrobakteriaseae. Multiplikasi M. leprae
sangat lambat daiamati pada model binatang yang sebagian dapat menjelaskan masa
inkubasi yang lama yang ditemukan pada penyakit manusai; masa 3-5 tahun diduga
khas. Kejadian lepra yang jarang pada bayi semuda umur 3 bulan memberi kesan
bahwa penularan dalam rahim dapat terjadi atau bahwa masa inkubasi yang amat
pendek dimungkinkan pada keadaan tertentu. Modul penularan yang mungkin
termasuk kontak dengan epidermis lepas yang terinfeksi, minum ASI yang
terinfeksi, dan gigitan nyamuk atau vektor lain. Namun, sekarang penularan
melalui sekresi hidung yang terinfeksi tampak merupakan dasar dari kebanyakan
infeksi. Keterlibatan nasofaring yang luas ditampakkan sebagai rhinitis kronik
lazim pada penyakit lepromatosa (Behrman & Arvin, 2000).
Pewarnaan bakteri Mycobacterium lepra
menggunakan pengecatan Ziehl-neelsen. Sampel yang diperoleh diapus ke kaca
obyek. Dikeringkan Kemudian difiksasi melewati nyala api sebanyak 3 kali. Kaca
obyek yang telah difiksasi diletakkan di atas rak pewarnaan. Pertama-tama,
karbol fuchsin diteteskan hingga menutupi apusan. Pada kondisi tersebut, api
dilewatkan berkali-kali di bawah kaca obyek hingga keluar uap. Pemanasan
dihentikan pada saat uap tersebut keluar dan didiamkan selama 5 menit. Apusan
kemudian dicuci dengan air mengalir dan kelebihan air dibuang dengan cara
memiringkan kaca obyek. Selanjutnya, larutan asam alkohol 3% diteteskan hingga
warna menjadi pucat dan kemudian dicuci dengan air mengalir. Setelah itu
dilakukan pewarnaan dengan methylene bluem dan dibiarkan selama 10 – 20 detik,
dicuci dengan air dan dibiarkan kering di udara (Minasari, 2009).
2.
Mycobacterium bovis
Mycobacterium bovis
adalah penyebab tuberculosis pada ternak sapi. Kuman sangat virulen bagi
manusia dan mamalia lain. Air susu dan produk lain dari sapi yang
bertuberculosis merupakan bahan yang dapat menularkan bahan penyakit. Mycobacterium bovis berbentuk lebih
pendek dan lebih gemuk dibandingkan mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini tumbuh lambat dari pada mycobacterium tuberculosis. Suhu optimal pertumbuhannya adalah 35o
C. Coloni mempunyai permukaan datar berwarna putih, agak basah dan mudah
pecah bila disentuh. Seperti halnya mycobacterium
tuberculosis, kuman ini membutuhkan CO2 5-10% untuk merangsang
pertumbuhannya. Derajat keasaman optimal untuk pertumbuhan adalah 6,5 – 6,8
(Misnadiarly, 2006).
Ketika
uji biokimia ternyata mycobacterium bovis
tidak mereduksi nitrat, uji niasinnya negatif dan resisten terhadap
pirazinamid. Mycobacterium bovis bagi
kelinci sangatlah patogen, sedangkan mycobacterium
tuberculosis tidaklah demikian, maka dari itu ada percobaan hewan, kelinci
untuk membedakan kedua jenis kuman ini (Misnadiarly, 2006).
3.
Mycobacterium avium
Mycobacterium
avium subspesies paratuberculosis termasuk bakteri
dalam keluarga Mycobacteriaceae, spesies Mycobacterium avium complex (Harris
& Barletta 2001). Mikroba ini merupakan bakteri yang dapat ditemui di alam,
tergolong gram positif, berbentuk batang dengan ukuran 0,2-0,7 X 1-10 μm, non
motil, tahan asam dan alkohol, suhu pertumbuhuan 25-45oC dan optimal
39oC, tumbuh lambat (2-60 hari) dan membutuhkan mycobactin senyawa
hidroksimat pengikat besi, mampu tumbuh pada konsentrasi garam <56% pada pH
5,5 (Griffiths 2003). Bakteri ini juga memiliki kemampuan bertahan dalam
makrofag meskipun sifatnya fakultatif (Bannantine & Stabel 2002).
Bakteri Mycobacterium avium
subspesies paratuberculosis (MAP) adalah bakteri gram positif, tahan asam
dan alkohol serta memiliki daya tahan terhadap panas. Pertumbuhan bakteri ini
lambat namun kemampuan menimbulkan penyakit sangat merugikan, infeksi MAP pada
hewan menimbulkan penyakit Johne’s Disease (JD) sedangkan pada manusia
menyebabkan Crohn’s Disease (CD), kedua penyakit tersebut memiliki ciri-ciri
gejala dan patologis yang sama yaitu menimbulkan randang kronis pada usus
terutama ileum dan kolon yang khas dengan bentuk granulomatosa. Gejala yang
ditimbulkan tidak spesifik seperti diare, muntah, demam, hingga diare berdarah
sehingga sering tidak terdiagnosis dengan segera (Nugroho, 2008).
Percobaan yang kami
lakukan, kami menggunakan sampel yang telah tersedia yang
berasal dari BP4 Purwokerto, dan hasil yang didapatkan adalah negatif. Hal ini berarti
pada sampel yang kami amati tidak ditemukan keberadaan bakteri penyebab
penyakit tuberkulosis. Sedangkan pada
sampel yang digunakan sebagai control, kami menemukan ada bakteri yang sesuai
dengan ciri khas yang disebutkan dimuka hanya dalam 1 lapang pandang kami telah
menemukan 1 bakteri tuberculosis.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a.
Bakteri tahan
asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C)
yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari
lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari
berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae,
Mycobacterium avium, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae.
b.
Macam-macam
pewarnaan bakteri tahan asam terdiri dari 3 jenis pewarnaan, yaitu pewarnaan
Tan Thiam Hok, pewarnaan Ziehl Neelsen dan pewarnaan Fluorokrom.
c.
Hasil dari praktikum
yang kami lakukan dengan mengamati sampel sputum yang tersedia yakni
menimbulkan hasil negatif. Artinya, sampel sputum yang kami amati tidak
mengandung Mycobacterium tuberculosis
meskipun hingga 100 lapang pandang.
B.
Saran
a.
Praktikan diusahakan mengkonsumsi
susu 2 jam sebelum praktikum untuk menurunkan resiko tertular bakteri yang dipraktikan.
b.
Praktikan juga harus
menggunakan perlengkapan laboratorium seperti masker, jas lab, dan kaos tangan
agar badan lebih terlindungi.
c.
Praktikan selalu
menjaga kebersihan dan teliti dalam melakukan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Bannatine JP & Stabel JR. 2002.
Killing of Mycobacterium avium subsp. Paratuberculosis Within
Macrophages.
http://www.biomedcentral.com/1471-2180/2/2
http://www.biomedcentral.com/1471-2180/2/2
Behrman, Kliegman & Nelson Arvin, 2000.
Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. II E/15. Jakarta: EGC.
Hershberg R, Lipatov M, Small PM,
Sheffer H, Niemann S, et al. (2008) High Functional Diversity in Mycobacterium
tuberculosis Driven by Genetic Drift and Human Demography. PLoS Biol 6(12):
e311. doi:10.1371/journal.pbio.0060311
Huyen, K. K. Mai N.T., (2012) Mixed
Tuberculosis Infections in Rural South Vietnam. Journal of Clinical
Microbiology.
Jutono, dkk. 1980. Pedoman Praktikum
Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi
Fakultas Pertanian UGM.
Karuniawati, dkk. (2005). Perbandingan
Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen Dan Fluorokrom Sebagai Metode Pewarnaan Basil
Tahan Asam Untuk Pemeriksaan Mikroskopik Sputum. Jurnal Kesehatan, Vol. 9.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di
Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada.
Minasari N. Pengantar
mikrobiologi. USU press, 2010:21-22
Misnadiarly. 2006. Tubekulosis dan
Mikobacterium Atipik. Penerbit : Dian Rakyat; Jakarta.
Nugroho, Widagdo Sri. (2008). Kejadian
dan Peluang Infeksi Mycobacterium avium subspesies paratuberculosis pada
Manusia Melalui Susu Sapi dan Produk Olahannya. Jurnal Mikrobiologi, Hal 1.
Pelczar, M. J. And E. C. S. Chan. 1986.
Elements of Mycrobiology. New York : Mc grow-Hill Book Company.
Sari, Y.S. 2004. Penyakit Infeksius
yang menular Melalui Udara pada Orangutan (Pongo pygmaeus). Karya Tulis.
FKH-IPB. Bogor.
Sechlegel, H. G. And Schimt, K. 1994.
Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : UGM Press.
Staff pengajar FKUI, 1994. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binawa Aksara.
0 comments:
Post a Comment